Rabu, 13 Oktober 2010

Impian dan Teladan Seorang Bapak

Sumber Cerita : Botol Acar - Buku Chicken Soup for the Parent’s Soul

“ Yang bapak wariskan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau kekayaan, tetapi sesuatu yang tak terucapkan yaitu teladan sebagai seorang pria dan seorang bapak “ - Will Rogers

Setahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Bapak selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.

Jika isinya sudah penuh, Bapak menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelumnya membawanya ke bank. Membawa keping-keping koin itu ke bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan Bapak di truk tuanya. Setiap kali kami pergi ke bank, Bapak memandangku dengan penuh harap. “Karena koin-koin ini kau tidak perlu kerja di pabrik tekstil. Nasibmu akan lebih baik daripada nasibku. Kota tua dan pabrik tekstil disini takkan bisa menahanmu.” Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir bank, Bapak selalu tersenyum bangga. “Ini uang kuliah putraku. Dia takkan bekerja di pabrik tekstil seumur hidup seperti aku.”.

Pulang dari bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Bapak selalu memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Bapak selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku. “Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi.”

Bapak selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. “Kau akan bisa kuliah berkat koin satu penny, nickle, dime, dan quarter,” katanya. “Kau pasti bisa kuliah. bapak jamin.”

Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orangtuaku, aku menelepon dari telepon di kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping lemari tempat botol acar itu biasa di letakkan.

Bapakku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata daripada kata-kata indah.

Setelah menikah, kuceritakan kepada susan, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Bapak padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Bapak selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di musim panas ketika bapak diberhentikan dari pabrik tekstil dan Ibu terpaksa hanya menyajikan buncis kalengan selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah di ambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan menyiram buncis itu dengan saus agar ada rasanya sedikit, Bapak semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku. “Kalau kau sudah tamat kuliah,” katanya dengan mata berkilat-kilat, “kau tak perlu makan buncis kecuali jika kau memang mau.”

Liburan Natal pertama setelah lahirnya putri kami Jessica, kami habiskan di rumah orangtuaku. Setelah makan malam, Bapak dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandangku cucu pertama mereka. Jessica menagis lirih. Kemudian susan mengambilnya dari pelukan Bapak. “Mungkin popoknya basah,” kata susan, lalu di bawanya Jessica ke kamar tidur orangtuaku untuk di ganti popoknya.

Susan kembali ke ruang keluarga denga mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Jessica ke pangkuan Bapak, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar. “Lihat,” katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah di singkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin.

Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu kedalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Bapak. Dia menggendong Jessica dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan . Aku tahu, Bapak juga merasakan keharuan yang sama. Kami tak kuasa berkata-kata.

Christoman Simamora : Inilah sebuah cerita yang menunjukkan besarnya cinta seorang bapak ke anaknya agar anaknya memperoleh nasib yang jauh lebih baik dari dirinya. Tetapi dalam prosesnya, Bapak ini tidak saja menunjukkan cintanya pada anaknya tetapi juga menunjukkan sesuatu yang sangat berharga yaitu pelajaran tentang impian, tekad, teladan seorang bapak, disiplin dan pantang menyerah. Saya percaya anaknya belajar semua itu walaupun bapaknya mungkin tidak pernah menjelaskan semua itu karena anak belajar jauh lebih banyak dari melihat tingkah laku orangtuanya dibanding apa yang dikatakan orangtuanya. Semoga cerita ini menginspirasi bagi kita semua.

Doa' Seorang Bapak Kepada Anaknya

Bapa Tuhanku,
bentuklah anakku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya, berani menghadapi dirinya sendiri di saat ketakutan, manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan namun tetap jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bapa Tuhanku,
bentuklah anakku menjadi insan yang berusaha memunculkan cita-citanya dan tidak tenggelam dalam angan-angannya sahaja. Jadikan dia seorang anak yang sedar bahawa mengenali-Mu dan dirinya sediri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Bapa Tuhanku,
Janganlah Kau pimpin anakku di jalan yang mudah dan lunak, tetapi tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan cabaran. Biarkan anakku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan sentiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya. Ajarilah dia berhati halus dan bercita-cita tinggi, sanggup meimpin dirinya sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba anak-anak yang mengerti makna ketawa dan gembira tanpa melupakan arti tangis. Anak-anak ku yang mencipta masa depan yang cerah, namun tidak pernah melupakan masa lampau yang suram.

Bapa Tuhanku,
berikanlah ia kerendahan hati, agar ia insaf akan kesederhanaan dan keagungan Bapa Tuhanku, pada sumber kearifan , kelemah lembutan dan kekuatan yang sempurna.

Pada akhirnya Bapa Tuhanku, andai kau memakbulkan doaku ini, aku sebagai bapaknya dengan puas membisikkan padaMu, hidupku ini adalah tidak sia-sia.

Kepada Istri dan Anak

Ada cinta yang kadang terabaikan, bukan karena tak berarti besar tapi karena cara pengungkapan yang berbeda..

Kita semua tahu, cinta Ibu tak akan pernah terbayar dengan apapun dimuka bumi ini, tapi bukankah cinta Bapak pun juga tak akan pernah terbayar dengan apapun dimuka bumi ini, meski Alkitab dalam ayatnya hanya mengucapkan Bapak satu kali tapi sungguh cinta Bapak pun sesungguhnya tak pernah pudar..

Ingat, ketika Ibu sedang mengandung, Bapak yang paling khawatir akan kesehatan Ibu dan anaknya, Bapak yang setianya menunggu Ibu, meringankan tugas Ibu, memijit pinggang dan kaki Ibu, mengelus perut Ibu, menenangkan hati Ibu, dan menemani Ibu, itu semua dilakukannya ditengah kesibukan-kesibukannya, ditengah kantuk dan lelahnya, dan ditengah giat-giatnya mencari nafkah untuk buah hati yang akan segera lahir..

Ingat, ketika kita lahir dan mulai tumbuh berkembang, Bapak yang paling protektif menjaga kita, Bapak yang membantu Ibu mengganti popok kita di tengah malam meski baru pulang malam dan esoknya harus kembali mencari nafkah, memijit punggung Ibu yang menurut dokter itu dapat meningkatkan ASI, menemani Ibu dalam setiap kerepotannya, setidaknya baginya itu dapat menyenangkan dan membahagiakan istrinya kalau ia tidak sendiri..

Ingat, seorang Bapak, dengan cintanya, pergi pagi pulang malam mungkin malah ada yang beberapa minggu atau bulan sekali baru kembali pada keluarganya, tak ada yang lain karena cintanya pada istri dan anak-anaknya..setiap tetes peluh yang membasahi tubuhnya tak akan dihelanya karena cintanya pada istri dan anak-anaknya..keluh kesah jauh darinya hanya ingin melihat istri dan anak-anaknya tersenyum kala ia berjumpa dengan mereka..

Ingat, seorang Bapak, dengan lelahnya, ia sempatkan bermain dengan anak-anaknya, menjadi kambing jalan merangkak pun ia lakukan hingga anak-anaknya pun tertawa bahagia, sosoknya yang selalu dinantikan oleh istri juga anak-anaknya, tak ada lelah yang ia tampakkan..

Ingat, seorang Bapak, dengan kesabarannya, ia turutkan semua permintaan istri dan anak-anaknya, meski ada kecewa hampiri diri mereka, dengan kesabarannya ia hadapi dengan senyuman, hingga syukur itu selalu ada..

Ingat, seorang Bapak, dengan harapnya, hanya ingin yang terbaik untuk keluarganya, hanya ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya, berharap rejeki yang halal untuk keluarganya, rejeki yang berlimpah untuk keluarganya, yang tentu saja datangnya dari Tuhan Yesus Yang Maha SegalaNya..

Cinta Bapak begitu berarti besar, ia yang mencari nafkah, menghidupi keluarga, ia lakukan dengan ikhlas dan lapang..dengan penuh kesadaran akan tanggungjawabnya..

Cinta Bapak begitu berarti indah, ia selalu berusaha untuk selamatkan keluarganya dari segala pintu neraka, ia didik dan jaga istri dan anak-anaknya menjadi pribadi-pribadi tangguh yang selalu ingat akan Tuhannya, Tuhan Yesus Yang Maha SegalaNya

Bapak dan Ibu, adalah sosok cinta yang berbeda, namun mereka berpadu satu dalam ikatan rumah tangga, menjadi indah, menjadi bermakna, Bapak dengan kekuatannya, Ibu dengan kelembutannya.

Cinta Bapak tak akan pernah pudar meski Tuhan hanya mengucapkan sekali dalam Firmannya, meski negara tak menetapkan hari Bapak, cintanya tetap mengalir indah, mengajarkan banyak hal.

Bapak dan Anak-anaknya

Buat Anakku : Nichol - Diaz - Olga Simamora

Seorang Bapak terlihat begitu stress melihat kelakuan anak-anaknya. Dia terus mengawasi anak-anaknya yang sedang bermain. Sang bapak seringkali harus mengomel karena tindakan bahaya dari anak-anaknya tersebut. Anak-anak yang sedang asyik bermain sepertinya tidak menggubris apa yang dikatakan oleh Bapak mereka. Sang bapak yang sudah tidak tahan lagi melihat kelakuan anak-anaknya tersebut, berteriak keras kepada anak-anaknya. Mereka pun akhirnya terdiam dan langsung masuk ke kamar tidur mereka.

Bapak ini merasa menyesal akan tindakan yang dilakukannya terhadap anak-anakNya. Keesokkan paginya, sang bapak masuk ke kamar anak-anaknya. Anak-anaknya yang sudah bangun dari tadi, memalingkan mukanya ketika tahu bapaknya masuk ke kamar. Dengan jalan perlahan, dia mendekati tempat tidur anak-anaknya.

Sang bapak memanggil nama anak-anaknya, tapi ketiganya tidak ada yang menoleh. Sang bapak lalu menyatakan kesalahan dan penyesalannya kepada anak-anaknya tersebut. Dengan wajah penuh air mata, ketiga anaknya menghadapkan badannya ke hadapan bapaknya tersebut dan memeluk bapaknya erat-erat. Salah seorang anaknya berkata dengan sesegukkan, "Bapak, aku menangis bukan karena bentakan Bapak ke aku, tetapi karena aku nakal hingga bapak jadi marah. Bapak, maafkan aku."

Terkadang di dalam hidup, kita pun seperti layaknya anak ini yang kurang bisa mendengar dengan baik. Kita menjadi marah ketika orangtua, sahabat, istri menasihati hal yang benar, tetapi akhirnya menyesal di kemudian hari karena perkataan mereka benar adanya.

Bersyukurlah karena memiliki orang-orang yang mengingatkan ketika melakukan kesalahan dan mengasihi Anda dengan sepenuh hati mereka. Terlebih dari itu, bersyukurlah kepada ALLAH karena menyatakan kasih-Nya kepada Anda setiap hari.