Selasa, 08 Desember 2009

Belajarlah Dari Burung


Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga. (Amsal 12:27 )


Tuhan menjanjikan kepada kita semua pemeliharaan-Nya, burung-burung saja dipelihara apalagi kita yang diciptakan serupa gambar-Nya (Matius 6:26).

Tapi itu tidak berarti kita tidak perlu bekerja keras dalam hidup dan mengandalkan berkat Tuhan secara ajaib semata.

Burung-burung memang tidak menabur dan menuai, namun mereka bekerja keras sepanjang hari. Tidak percaya? Berikut sebuah penelitian terhadap aktivitas kehidupan burung-burung:

  • Burung Murai, bangun pukul 02.30 pagi kemudian mencari makanan hingga pukul 21.30 (total 19 jam), bolak-balik ke sarang sekitar 200 kali sehari memberi makan kepada anak-anaknya.
  • Burung Tikus, bangun pukul 03.00 pagi dan bekerja hingga pukul 21.00 (18 jam). Mereka bisa mengumpulkan 400 ekor ulat sehari.
  • Burung Hitam, bangun pukul 04.00 pagi dan bekerja hingga pukul 21.00 (17 jam). Bolak-balik ke sarang 100 kali sehari untuk memberi makan anak-anaknya.

Berapa banyak waktu kita bekerja sehari? Apa yang anda tabur, itulah yang dituai. Kita tidak bisa berpangku tangan dan berdoa minta Tuhan menurunkan berkat-Nya dari surga secara ajaib. Ada bagian yang harus kita lakukan dan Tuhan akan melakukan bagian-Nya. Belajarlah dari semangat dan keuletan dari burung-burung.

Diam dan tidak melakukan apa-apa hanya mendatangkan kesia-siaan. Berusahalah, maka berkat akan mengikuti anda.

Hadiah Terindah

Hadiah apakah yang paling indah yang pernah anda dapatkan? Benda-benda yang harganya mahal, sebuket bunga mawar dihiasi pita dengan kartu ucapan, kue ulang tahun yang besar, atau kado yang lainnya?

Pernahkah anda mendengar cerita seperti berikut. Ada seorang anak kecil yang menyiapkan sebuah kado untuk ayahnya. Lalu tepat di hari ulang tahun, sang ayah membuka sebuah bungkusan besar diikat dengan pita cantik. Setelah kertas kado dibuka, sang ayah melihat sebuah kotak.

Tak sabar ia mengkocok kotak tersebut dan menempelkan telinganya. Penasaran ingin tahu kira-kira apa isi kado dari sang anak. Namun, tak terdengar apapun. “Bukalah ayah,”kata si anak.

Ayahpun membuka kotak itu, dan dengan perasaan kecewa ia menemukan kotak itu kosong. Tak ada benda atau kartu apapun disana. Dengan perasaan ingin marah karena seperti dipermainkan sang ayah bertanya,”Apa maksudmu memberikan ayah kotak kosong?”

Lalu dengan menitikkan air mata si anak berkata dengan terbata-bata, “Ayah, aku memasukkan beribu-ribu cintaku ke dalam kotak besar itu untuk ayah.”

Dengan perasaan malu dan terharu sang ayah memeluk anak itu dan berkata,”Maafkan ayah ya, hadiahmu sangat indah dan berharga, ayah sangat mengasihimu nak.”

Terkadang kita sebagai manusia memandang pemberian berupa benda-benda adalah hal yang menyukakan hati kita. Kita mengharapkan sebuah pemberian yang besar, berharga menurut ukuran kita dan nyata.

Tidakkah kita tahu ada sesuatu yang jauh lebih berharga dari pada benda-benda tersebut?

Yaitu sebuah hati.

Ya, hati dengan kasih yang tak terhitung jumlahnya yang kita terima dari orang-orang di sekitar kita entah dari keluarga kita, pasangan kita, teman-teman kita, serta yang paling indah adalah hati yang sungguh Tuhan berikan pada kita.

Sekalipun mata kita tidak dapat “melihat”nya, tetapi Ia memberikan hatiNya yang tulus dan penuh kasih kepada kita. Terbukti ketika Ia rela dan mau memilih untuk menjadi Bapa kita sehingga kitapun dijadikanNya juga sebagai anak-anakNya.

HatiNya sebagai seorang Bapa lebih berharga dari pemberian apapun yang pernah kita dapatkan. Ketika Ia terlebih dahulu memberikan hatiNya kepada kita, kini hadiah apakah yang dapat kita berikan juga kepadaNya? Benda-benda yang super mahal, sebuket bunga yang besar diikat pita emas, kue yang super enak, ataukah yang lebih berharga lagi yaitu loh hati kita?