Selasa, 19 Oktober 2010

Arti Berbagi yang Sebenarnya

Untuk Istriku : Marlinda Simarmata

Sepasang kakek-nenek datang kerestoran Mc Donald dengan saling menuntun. Mereka duduk disebuah bangku panjang berdua, di samping seorang anak muda. Si kakek segera berdiri dan memesan makanan,sebuah hamburger, seporsi kentang goreng dan segelas minuman.Setelah itu kembali duduk, membagi hamburger jadi 2 bagian, menghitung kentang goreng dengan cermat dan membagi adil dengan si nenek, kemudian mengambil dua sedotan, menaruh gelas minuman tepat ditengah meja. Si anak muda memperhatikan tingkah sepasang kakek-nenek itu dengan salut.

Si kakek kemudian mulai makan bagiannya, sementara si nenek hanya memperhatikan. Si anak muda merasa kasian, akhirnya mendekat dan berkata: “Kek boleh … Si Kakek jawab : “ tidak usyah terima kasih..kami selalu berbagi makanan yang sama”. Sampai si kakek selesai makan, mengelap mulut dengan tissue, si nenek masih saja menunggu tanpa menyentuh makanan bagiannya.

Si anak muda mendekat lagi, kali ini berkata: “Nek, boleh saya belikan makanan yang lain, mungkin nenek tidak suka yang ini?” Si Nenek jawab: “Tidak terimakasih..” Terus si Anak muda bertanya lagi, “Kalau begitu kenapa makanannya tidak dimakan, katanya kalian suka berbagi?” Kata si Nenek, “SAYA SEDANG MENUNGGU GIGI… GANTIAN SAMA KAKEK!!”

Seorang Istri

Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.

Istri yang baik adalah kebanggaan dan kebahagiaan suaminya, istri yang membuat suaminya malu adalah bagaikan penyakit tulang yang menggerogoti tulang suaminya

Istri yang baik adalah sukacita dan mahkota suaminya, tetapi istri yang merongrong hidup suaminya dan menghambat segala pekerjaannya dan sangat memalukan.

Seorang Wanita haruslah mengetahui Amsal 31: 10-31

Wanita yang pandai lagi berhikmat, Wanita yang dapat menjadi penolong yang setia untuk suaminya, dan menjadi seorang ibu yang baik buat anak-anak dan keluarganya, Wanita yang Rajin, Wanita yang Kuat, Wanita yang Murah Hati, Wanita yang Lemah Lembut, Wanita yang tidak takut akan hari esok, dan yang pasti Wanita yang TAKUT AKAN TUHAN.

PERCERAIAN

I Korintus 7:10-15

"Kepada orang-orang yang telah kawin aku tidak, bukan aku, tetapi Tuhan perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera."

Jumat, 15 Oktober 2010

Dengarkan Kisah Saudaraku, Hasian Dia

Betapapun bahagianya pasangan yang menikah, pasti belum lengkap bila rumah tangganya belum dikaruniai bayi mungil yang seolah berfungsi sebagai lem atau perekat antara suami-istri. Itu adalah pandangan yang dipegang oleh hampir semua orang. Terlebih bagi kelompok masyarakat yang menjadikannya sebagai suatu keharusan. Tanpa anak, perkawinan seolah tiada arti.
Di kampungnya, Jojor sudah pernah menyaksikan sendiri bagaimana seorang kerabatnya dipaksa bercerai, setelah beberapa tahun menikah tanpa anak. Bahkan, ada beberapa suami yang terang-terangan ingin menikah lagi, hanya karena semua anak yang dilahirkan istrinya berkelamin perempuan. Ironisnya, masyarakat adat dapat menerimanya. Terlalu tak berhargakah wanita dibanding dengan kehadiran seorang pria? pikirnya kala itu.
Jojor benar-benar makin tertekan dan mengkhawatirkan kemungkinan yang bisa saja menimpanya. Ayahnya juga dulu mendapat desakan kuat dari beberapa keluarganya untuk menikah lagi, karena semua anaknya adalah perempuan. Ibunya benar-benar tak berdaya kala itu. Jojor yang masih kanak-kanak itu pun belum mengerti sama sekali. Hanya, seiring bertambahnya usia, ia makin maklum. Malah, ayahnya yang berkisah tentang desakan itu.
“Bagiku, kalian itu sangat berharga. Kalianlah hartaku. Saya bangga pada kalian. Jangan pernah merasa dirimu tak berharga hanya karena kamu seorang wanita!” petuah ayahnya suatu kali saat mereka semua berkumpul di jabu gorga, rumah ukir milik mereka.
Kata-kata itu sangat membekas di benak Jojor. Saat itu, kakaknya yang tertua akan berangkat untuk kuliah di kota provinsi, meninggalkan kampung halamannya yang warganya belum bisa mengerti kenapa harus bersusah-susah menyekolahkan anak perempuan tinggi-tinggi. Bagi mereka, fungsi wanita itu masih hanya sebatas dapur, sumur dan kasur. Maka selayaknyalah ia akrab dengan pupur, bukan bangku kuliah.
Untungnya, ayahnya–yang hanya sempat mengenyam sekolah menengah pertama tapi tidak tamat itu, memiliki pengertian yang melampaui zamannya. Ia selalu berprinsip bahwa wanita juga bisa dibanggakan. Maka, ia rela menjual berbagai hasil sawah dan ladangnya untuk menyekolahkan putri-putrinya. Bahkan, beberapa petak sawah sempat digadaikannya. Untungnya, setelah dua kakaknya bekerja dan mampu menopang perekonomian keluarga, sawah-sawah itu dapat ditebus kembali.
Maka mata orang-orang desa pun terbuka. Suara-suara miring berubah menjadi pujian tanda salut. Pamor ayah pun melangit setelah keenam putrinya berhasil menamatkan kuliahnya masing-masing dan memiliki pekerjaan yang bisa dibanggakan. Mereka menjadi icon kesuksesan yang selalu disebut-sebut, manakala orang-orang desa berbicara mengenai pendidikan.
Tapi… andai pendidikan dan kesuksesan karier bisa membuat seseorang punya anak, alangkah bahagianya, pikir Jojor. Sayangnya, banyak hal yang memang berada di luar kendalinya. Tak satu hal pun dapat dilakukannya untuk mengubahnya, selain berharap ada kekuatan lain bermurah hati melakukan untuknya. Bahkan, andai hanya akan ada satu permintaan yang boleh dinaikkannya sepanjang hidupnya, maka ia akan minta anak. Tak ada yang lain.
Dalam doa-doa yang dilumuri kemilau air mata, permohonan itu dinaikkannya saban waktu, terlebih saat kesunyian merasuk hatinya. Terkadang ia terbangun tengah malam, memandang wajah teduh suaminya yang lelap di sampingnya, lalu memejamkan mata dan menaikkan doa-doa dengan sikap tetap telentang. Hanya bibirnya yang terkadang tampak komat-kamit, lalu kilau kristal itu menderas dari matanya. Dan kau pasti tahu apa yang sedang dipintanya!
Tanpa pemberitahuan, tiba-tiba kedua mertuanya datang siang ini. Sungguh mengejutkan bagi Jojor.
“Kenapa Amang dan Inang nggak kasih kabar sebelumnya? Kan bisa kami jemput ke bandara?” protesnya.
“Ah, kadang-kadang orang tua juga perlu mendapat pengalaman baru!” sahut ayah mertuanya yang dipanggilnya Amang itu, “Semacam petualangan ringan,” lanjutnya.
“Iya… tapi kan setidaknya kami bisa mempersiapkan sesuatu,” nada suara Jojor masih protes.
“Kayak pejabat negara yang berkunjung ke daerah saja, harus ada sambutan-sambutan segala,” kali ibu mertuanya yang menanggapi.
“Tadi ada kesulitan di jalan, Inang? Langsung bisa menuju ke rumah ini kan?”
“Di hutan rimba kita bisa tersesat. Tapi, kalau di hutan beton seperti ini, yang penting kan ada alamat lengkap. Sopir taksinya saja tadi langsung tahu. Lagi pula, kami kan sudah beberapa kali dari sini, masa lupa lagi?” sahut ayah mertuanya.
Protes yang sama juga dilontarkan Togi, ketika ia sudah tiba di rumah sepulang kerja. Menurutnya, kedua orang tuanya nekat. “Syukurlah, tidak ada rintangan apa-apa,” ucapnya, menyerah.
Acara makan malam sedikit kaku. Jojor menangkap sesuatu maksud tersembunyi dengan kedatangan tiba-tiba mertuanya. Togi juga berfirasat sama. Sekalipun mereka sudah berusaha setenang mungkin, tetap saja terasa dibuat-buat. Mereka merasa sesuatu akan terjadi, tetapi tidak tahu apa itu. Hanya bisa pasrah dan menduga-duga.
“Kami datang khusus untuk membicarakan keluarga kalian,” ayah Togi memulai pembicaraan seusai makan malam.
Situlluk mata ni horbo, begitu to the point!
“Maksud Bapak?” tanya Togi.
“Ya… seperti yang sudah kalian bisa pikirkanlah. Kalian kan sudah menikah selama lima tahun…,” suara ayahnya menggantung, terdengar berat. Jojor tetap diam. Danau di hatinya berombak tak beraturan. Togi juga terdiam. Keduanya bagai sepasang terdakwa yang sudah tak bisa mengajukan pembelaan lagi. Pun, apa yang bisa mereka katakan?
“Kami sudah tidak tahan lagi menunggu cucu dari kalian,” gumam ibu mertuanya seolah ditujukan pada dirinya sendiri. Ayah nya mengangguk perlahan. Keduanya memandangi anak dan menantunya itu secara bergantian.
“Sebenarnya Bapak sama Mamak juga harus memahami bahwa kami juga sangat menginginkan anak dalam keluarga kami,” desah Togi sambil menegakkan duduknya. “Kami sudah melakukan banyak usaha untuk mendapatkan momongan. Hanya, sampai saat ini Tuhan belum memberi. Padahal, kalau dari segi medis, tidak ada yang salah pada kami berdua. Dokter bilang ini hanya masalah waktu. ”
“Hanya masalah waktu bagaimana? Sampai kapan? Sampai kami berdua mati tanpa pengharapan bahwa keluarga kita tidak memiliki seorang pun penerus? Sampai kiamat?” ayah Togi mulai tersulut emosi.
“Jadi Bapak sama Mamak mau apa? Ini juga bukan kemauan kami. Pasangan mana, sih, yang tidak menginginkan anak dalam keluarganya?” suara Togi juga meninggi. Jojor menenangkan suaminya dengan menekan pahanya sedikit keras.
“Mungkin kalian tidak marrokkap, tidak berjodoh!” jawab ibunya tenang.
Jojor menatap wajah ibu mertuanya. Mimik wajah itu terlihat datar tanpa ekspresi. Sepertinya baru kemarin wajah cantik itu berseri-seri memujinya sebagai menantu terbaik yang bisa dimiliki seorang mertua. Namun, kali ini ia pula yang hendak merobohkan mahligai yang dibangunnya dengan seluruh cinta dan hidupnya.
“Jadi mau kalian apa?” suara Togi terde ngar gemuruh.
“Bang…!” Jojor menyikutkan pinggang suaminya, memintanya tetap tenang dan jangan terpancing emosi.
“Bapak sama Mamak mau kami bercerai?”
Jojor tegang. Tak berani ditatapnya wajah-wajah di sekelilingnya. Ia seperti menanti pembacaan vonis mati di sebuah persidangan, setelah semua pengacara dan pembelanya tak lagi berdaya menghadapi tuntutan lawan.
“Tolong mengerti keadaan kami!” suara ayah mertuanya memberat, ada nada kepasrahan di sana. Walau perkataan itu ditujukan kepada anak dan menantunya itu, matanya lebih sering mengarah kepada Jojor. “Togi itu anak tunggal. Anak satu-satunya. Hanya dialah harapan keluarga untuk meneruskan marga. Sepertinya harapan itu tidak bisa dipenuhi lewat pernikahan kalian. Kami sudah cukup sabar menunggu. Lima tahun! Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk menunggu kepastian bahwa akan ada generasi yang menyambung garis hidup kami. Kami sudah tua, dan kami tidak ingin mati lalu lenyap selamanya dari ingatan semua orang. ”

Hembang Tambun


DOA SEORANG ISTRI

Hari ini bersama istri : Marlinda Simarmata ( Mama NDO123 )

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (I Petrus 5-7) “

Banyak Wanita sering kali berdoa kepada Tuhan agar suami dan anak-anaknya begini dan begitu. Ia mengontrol Suami dan anak-anaknya dalam doanya kepada Tuhan. Para wanita sering mengatur Tuhan untuk melakukan perkara-perkara yang ia inginkan dalam doanya. Padahal Tuhan ingin membuat suatu rencana yang lebih indah yang tidak pernah kita pikirkan, yang jauh berbeda dengan seruan doanya tersebut. Sehingga seringkali ada kekecewaan di dalam proses kehidupan ini, karena doa kita ternyata tidak terjawab.

Kuasa Doa Seorang Istri bukanlah sarana mengontrol suami dan anak-anaknya, tetapi justru sebaliknya.

Anda diajar untuk menyerahkan hak dan Kuasa Anda kepada Allah, lalu bersandar kepada kuasaNya yang mengubah hidup Anda, Suami Anda, Keadaan Anda, Dan pernikahan Anda.

Jadi mulailah berdoa untuk menyerahkan segala perkara KepadaNya, dan bersyukurlah untuk semua yang telah anda alami. Niscaya Tuhan yang Maha Kasih akan bekerja dengan jalanNya sendiri. dan menyelesaikan segala perkara yang anda hadapi dengan sempurna.

Kuasa doa seorang istri adalah kunci untuk menghadirkan kuasa Allah di dalam kehidupan keluarganya, agar keluarganya menerima berkat yang terbaik yang pada akhirnya merupakan berkat bagi dirinya sendiri.

“ BERKAT TERBESAR YANG DAPAT DIHADIAHKAN SEORANG ISTRI KEPADA SUAMI DAN ANAK-ANAKNYA ADALAH BERDOA UNTUK MEREKA “

Rabu, 13 Oktober 2010

Impian dan Teladan Seorang Bapak

Sumber Cerita : Botol Acar - Buku Chicken Soup for the Parent’s Soul

“ Yang bapak wariskan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau kekayaan, tetapi sesuatu yang tak terucapkan yaitu teladan sebagai seorang pria dan seorang bapak “ - Will Rogers

Setahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Bapak selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.

Jika isinya sudah penuh, Bapak menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelumnya membawanya ke bank. Membawa keping-keping koin itu ke bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan Bapak di truk tuanya. Setiap kali kami pergi ke bank, Bapak memandangku dengan penuh harap. “Karena koin-koin ini kau tidak perlu kerja di pabrik tekstil. Nasibmu akan lebih baik daripada nasibku. Kota tua dan pabrik tekstil disini takkan bisa menahanmu.” Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir bank, Bapak selalu tersenyum bangga. “Ini uang kuliah putraku. Dia takkan bekerja di pabrik tekstil seumur hidup seperti aku.”.

Pulang dari bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Bapak selalu memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Bapak selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku. “Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi.”

Bapak selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. “Kau akan bisa kuliah berkat koin satu penny, nickle, dime, dan quarter,” katanya. “Kau pasti bisa kuliah. bapak jamin.”

Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orangtuaku, aku menelepon dari telepon di kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping lemari tempat botol acar itu biasa di letakkan.

Bapakku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata daripada kata-kata indah.

Setelah menikah, kuceritakan kepada susan, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Bapak padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Bapak selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di musim panas ketika bapak diberhentikan dari pabrik tekstil dan Ibu terpaksa hanya menyajikan buncis kalengan selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah di ambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan menyiram buncis itu dengan saus agar ada rasanya sedikit, Bapak semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku. “Kalau kau sudah tamat kuliah,” katanya dengan mata berkilat-kilat, “kau tak perlu makan buncis kecuali jika kau memang mau.”

Liburan Natal pertama setelah lahirnya putri kami Jessica, kami habiskan di rumah orangtuaku. Setelah makan malam, Bapak dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandangku cucu pertama mereka. Jessica menagis lirih. Kemudian susan mengambilnya dari pelukan Bapak. “Mungkin popoknya basah,” kata susan, lalu di bawanya Jessica ke kamar tidur orangtuaku untuk di ganti popoknya.

Susan kembali ke ruang keluarga denga mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Jessica ke pangkuan Bapak, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar. “Lihat,” katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah di singkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin.

Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu kedalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Bapak. Dia menggendong Jessica dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan . Aku tahu, Bapak juga merasakan keharuan yang sama. Kami tak kuasa berkata-kata.

Christoman Simamora : Inilah sebuah cerita yang menunjukkan besarnya cinta seorang bapak ke anaknya agar anaknya memperoleh nasib yang jauh lebih baik dari dirinya. Tetapi dalam prosesnya, Bapak ini tidak saja menunjukkan cintanya pada anaknya tetapi juga menunjukkan sesuatu yang sangat berharga yaitu pelajaran tentang impian, tekad, teladan seorang bapak, disiplin dan pantang menyerah. Saya percaya anaknya belajar semua itu walaupun bapaknya mungkin tidak pernah menjelaskan semua itu karena anak belajar jauh lebih banyak dari melihat tingkah laku orangtuanya dibanding apa yang dikatakan orangtuanya. Semoga cerita ini menginspirasi bagi kita semua.

Doa' Seorang Bapak Kepada Anaknya

Bapa Tuhanku,
bentuklah anakku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya, berani menghadapi dirinya sendiri di saat ketakutan, manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan namun tetap jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bapa Tuhanku,
bentuklah anakku menjadi insan yang berusaha memunculkan cita-citanya dan tidak tenggelam dalam angan-angannya sahaja. Jadikan dia seorang anak yang sedar bahawa mengenali-Mu dan dirinya sediri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Bapa Tuhanku,
Janganlah Kau pimpin anakku di jalan yang mudah dan lunak, tetapi tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan cabaran. Biarkan anakku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan sentiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya. Ajarilah dia berhati halus dan bercita-cita tinggi, sanggup meimpin dirinya sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba anak-anak yang mengerti makna ketawa dan gembira tanpa melupakan arti tangis. Anak-anak ku yang mencipta masa depan yang cerah, namun tidak pernah melupakan masa lampau yang suram.

Bapa Tuhanku,
berikanlah ia kerendahan hati, agar ia insaf akan kesederhanaan dan keagungan Bapa Tuhanku, pada sumber kearifan , kelemah lembutan dan kekuatan yang sempurna.

Pada akhirnya Bapa Tuhanku, andai kau memakbulkan doaku ini, aku sebagai bapaknya dengan puas membisikkan padaMu, hidupku ini adalah tidak sia-sia.

Kepada Istri dan Anak

Ada cinta yang kadang terabaikan, bukan karena tak berarti besar tapi karena cara pengungkapan yang berbeda..

Kita semua tahu, cinta Ibu tak akan pernah terbayar dengan apapun dimuka bumi ini, tapi bukankah cinta Bapak pun juga tak akan pernah terbayar dengan apapun dimuka bumi ini, meski Alkitab dalam ayatnya hanya mengucapkan Bapak satu kali tapi sungguh cinta Bapak pun sesungguhnya tak pernah pudar..

Ingat, ketika Ibu sedang mengandung, Bapak yang paling khawatir akan kesehatan Ibu dan anaknya, Bapak yang setianya menunggu Ibu, meringankan tugas Ibu, memijit pinggang dan kaki Ibu, mengelus perut Ibu, menenangkan hati Ibu, dan menemani Ibu, itu semua dilakukannya ditengah kesibukan-kesibukannya, ditengah kantuk dan lelahnya, dan ditengah giat-giatnya mencari nafkah untuk buah hati yang akan segera lahir..

Ingat, ketika kita lahir dan mulai tumbuh berkembang, Bapak yang paling protektif menjaga kita, Bapak yang membantu Ibu mengganti popok kita di tengah malam meski baru pulang malam dan esoknya harus kembali mencari nafkah, memijit punggung Ibu yang menurut dokter itu dapat meningkatkan ASI, menemani Ibu dalam setiap kerepotannya, setidaknya baginya itu dapat menyenangkan dan membahagiakan istrinya kalau ia tidak sendiri..

Ingat, seorang Bapak, dengan cintanya, pergi pagi pulang malam mungkin malah ada yang beberapa minggu atau bulan sekali baru kembali pada keluarganya, tak ada yang lain karena cintanya pada istri dan anak-anaknya..setiap tetes peluh yang membasahi tubuhnya tak akan dihelanya karena cintanya pada istri dan anak-anaknya..keluh kesah jauh darinya hanya ingin melihat istri dan anak-anaknya tersenyum kala ia berjumpa dengan mereka..

Ingat, seorang Bapak, dengan lelahnya, ia sempatkan bermain dengan anak-anaknya, menjadi kambing jalan merangkak pun ia lakukan hingga anak-anaknya pun tertawa bahagia, sosoknya yang selalu dinantikan oleh istri juga anak-anaknya, tak ada lelah yang ia tampakkan..

Ingat, seorang Bapak, dengan kesabarannya, ia turutkan semua permintaan istri dan anak-anaknya, meski ada kecewa hampiri diri mereka, dengan kesabarannya ia hadapi dengan senyuman, hingga syukur itu selalu ada..

Ingat, seorang Bapak, dengan harapnya, hanya ingin yang terbaik untuk keluarganya, hanya ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya, berharap rejeki yang halal untuk keluarganya, rejeki yang berlimpah untuk keluarganya, yang tentu saja datangnya dari Tuhan Yesus Yang Maha SegalaNya..

Cinta Bapak begitu berarti besar, ia yang mencari nafkah, menghidupi keluarga, ia lakukan dengan ikhlas dan lapang..dengan penuh kesadaran akan tanggungjawabnya..

Cinta Bapak begitu berarti indah, ia selalu berusaha untuk selamatkan keluarganya dari segala pintu neraka, ia didik dan jaga istri dan anak-anaknya menjadi pribadi-pribadi tangguh yang selalu ingat akan Tuhannya, Tuhan Yesus Yang Maha SegalaNya

Bapak dan Ibu, adalah sosok cinta yang berbeda, namun mereka berpadu satu dalam ikatan rumah tangga, menjadi indah, menjadi bermakna, Bapak dengan kekuatannya, Ibu dengan kelembutannya.

Cinta Bapak tak akan pernah pudar meski Tuhan hanya mengucapkan sekali dalam Firmannya, meski negara tak menetapkan hari Bapak, cintanya tetap mengalir indah, mengajarkan banyak hal.

Bapak dan Anak-anaknya

Buat Anakku : Nichol - Diaz - Olga Simamora

Seorang Bapak terlihat begitu stress melihat kelakuan anak-anaknya. Dia terus mengawasi anak-anaknya yang sedang bermain. Sang bapak seringkali harus mengomel karena tindakan bahaya dari anak-anaknya tersebut. Anak-anak yang sedang asyik bermain sepertinya tidak menggubris apa yang dikatakan oleh Bapak mereka. Sang bapak yang sudah tidak tahan lagi melihat kelakuan anak-anaknya tersebut, berteriak keras kepada anak-anaknya. Mereka pun akhirnya terdiam dan langsung masuk ke kamar tidur mereka.

Bapak ini merasa menyesal akan tindakan yang dilakukannya terhadap anak-anakNya. Keesokkan paginya, sang bapak masuk ke kamar anak-anaknya. Anak-anaknya yang sudah bangun dari tadi, memalingkan mukanya ketika tahu bapaknya masuk ke kamar. Dengan jalan perlahan, dia mendekati tempat tidur anak-anaknya.

Sang bapak memanggil nama anak-anaknya, tapi ketiganya tidak ada yang menoleh. Sang bapak lalu menyatakan kesalahan dan penyesalannya kepada anak-anaknya tersebut. Dengan wajah penuh air mata, ketiga anaknya menghadapkan badannya ke hadapan bapaknya tersebut dan memeluk bapaknya erat-erat. Salah seorang anaknya berkata dengan sesegukkan, "Bapak, aku menangis bukan karena bentakan Bapak ke aku, tetapi karena aku nakal hingga bapak jadi marah. Bapak, maafkan aku."

Terkadang di dalam hidup, kita pun seperti layaknya anak ini yang kurang bisa mendengar dengan baik. Kita menjadi marah ketika orangtua, sahabat, istri menasihati hal yang benar, tetapi akhirnya menyesal di kemudian hari karena perkataan mereka benar adanya.

Bersyukurlah karena memiliki orang-orang yang mengingatkan ketika melakukan kesalahan dan mengasihi Anda dengan sepenuh hati mereka. Terlebih dari itu, bersyukurlah kepada ALLAH karena menyatakan kasih-Nya kepada Anda setiap hari.

Selasa, 12 Oktober 2010

Dibalik Cerita Seorang Bapak

Cerita ini untuk : Tria Olga Amika Siamora

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa,

yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya….. Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Bapak?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Bapak-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil,

Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Bapak bekerja dan dengan wajah lelah Bapak selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……

Bapak biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Bapak mengganggapmu bisa,

Bapak akan melepaskan roda bantu di sepedamu…

Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Bapak, jangan dilepas dulu roda bantunya”, Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Bapak dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba

Tetapi Bapak akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”

Tahukah kamu, Bapak melakukan itu karena Bapak tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek,

Bapak yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Bapak benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja….

Kamu mulai menuntut pada Bapak untuk dapat izin keluar malam,

dan Bapak bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.

Tahukah kamu, bahwa Bapak melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Bapak, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Bapak, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama….

Tahukah kamu, bahwa saat itu Bapak memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Bapak sangat ingin mengikuti keinginanmu,

Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Bapak akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)

Bapak sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Bapak merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Bapak melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu,

kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Bapak adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Bapak akan mengeras dan Bapak memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Bapak akan segera datang?

“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Bapak”

Setelah lulus SMA, Bapak akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Bapak itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…

Tapi toh Bapak tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Bapak

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….

Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…

Bapak harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Bapak terasa kaku untuk memelukmu?

Bapak hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .

Padahal Bapak ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Bapak lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya,

dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Bapak melakukan itu semua agar kamu KUAT…

kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu,

orang pertama yang mengerutkan kening adalah Bapak.

Bapak pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru,

dan Bapak tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…

Kata-kata yang keluar dari mulut Bapak adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”

Padahal dalam batin Bapak, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Bapak belikan untukmu”.

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Bapak merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Bapak adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Bapak akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Bapak untuk mengambilmu darinya.

Bapak akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Bapak tahu…..

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya….

Saat Bapak melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya,

Bapak pun tersenyum bahagia….

Apakah kamu mengetahui,

di hari yang bahagia itu Bapak pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Bapak menangis karena Bapak sangat berbahagia,

kemudian Bapak berdoa….

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Bapak berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….

Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”

Setelah itu Bapak hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….

Bapak telah menyelesaikan tugasnya….

Bapak, Ayah, Papa kita…

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal.

Dibalik Cerita Seorang Sahabat

Cerita ini buat : Nichol PO and Phaulusdiaz DM Simamora

Saya mempunyai seorang sahabat semasa kuliah dan kami bertemu untuk melepaskan rindu. Sudah 7 tahun yang lalu kami tidak pernah bertemu dimulai saat kami selesai dinotbatkan menjadi seorang Sarjana Komunikasi di salah satu perguruan tinggi yang ada di Jakarta Selatan.

Kini dia telah menikah dan memiliki 2 orang anak laki -laki. Maklum sahabat saya waktu disemester kedua telah menikah. Dalam pertemuan, banyak yang kami ceritakan, mulai dari cerita sewaktu menjadi mahasiswa hingga cerita tentang pernikahan.

Pada pertemuan itu juga, kami berbagi cerita tentang sifat -sifat anak kami. Sahabat saya menceritakan tentang kedua sifat anaknya, bahwa kedua anaknya mempunyai sifat yang berbeda.

Anak pertama sahabat saya berusia 13 tahun dan dia sangat patuh kepada kedua orangtuanya. Maklum dia anak sulung sudah seharusnya memberikan contoh yang baik pada adiknya. Belajar sendiri, buat PR sendiri, selesai sekolah langsung pulang kerumah, rajin membantu ibunya, menjaga adik bahkan dia juga menyapu dan mencuci piring dirumah .

Dia juga sering meraih beberapa prestasi baik disekolah maupun melalui event yang menampilkan perlombaan. Dia juga sangat mandiri dan tidak mau menyusahkan kedua orangtuanya. Sahabat saya bilang dia sangat beruntung punya anak yang baik seperti anak pertamanya karena dia tidak perlu lagi harus bersusah payah mengurusinya.

Kemudian, anak yang kedua sahabat saya berusia 10 tahun dan mempunyai sifat yang berbeda dari abangnya. Dia sangat malas belajar, tidak mau mengerjakan tugas-tugas sekolah, suka berantam sesama temannya, pergi kesekolah juga harus dipaksa, sering melawan orangtuanya dan masih banyak lagi sifat-sifat buruknya.

Atas sifat dan perilaku anak keduanya, sahabat saya menjadi lebih fokus senantiasa melayani , membimbing, mendampingi, memberikan kasih sayang, perhatian, menemani mengerjakan tugas-tugas sekolah, mengantarkan pergi kesekolah, membujuknya saat sedang merajuk dan lain-lain.

Tindakan sahabat saya ini hanyalah untuk membuat sifat anak keduanya dapat berubah dan bisa seperti sifat dan perilaku abangnya. Hari demi hari sahabat saya selalu sabar dan ikhlas dalam melakukan dan memberikan kasih sayang serta perhatianya tanpa mengenal lelah sedikit pun.

Dalam keikhlasan, kesabaran dan sikapnya yang pantang menyerah menjadi modal utama baginya untuk merubah sikap anaknya. Perasaannya pun menjadi sangat senang dan bahagia ketika dia berhasil merubah perilaku anak keduanya menjadi baik.

Namun seketika waktu perubahan perilaku terjadi pada anak pertamanya. Anak pertamanya mulai malas belajar, selesai sekolah sering telat pulang kerumah, tugas –tugas sekolah sering tidak lagi pernah dikerjakan, bangun pagi sering kesiangan dan beberapa perilaku buruknya lagi. Sahabat saya menjadi heran dan terkejut dengan sikap anak pertamanya itu, karena perilakunya lebih buruk lagi dibanding dengan perilaku adiknya terdahulu.

Sahabat saya berusaha untuk menemukan masalah tentang perubahan sikap yang dialami anak pertamanya. Keikhlasan, kesabaran dan sikap pantang menyerah juga menjadi modal utamanya dalam merubah perilaku anaknya.

Disaat menjelang tidur malam, sahabat saya menghampiri anaknya yang pada saat itu sedang mau tidur di dalam kamarnya. Kemudian sahabat saya menanyakan perubahan sikap pada anaknya. Pada saat itulah anaknya dengan jujur mengatakan bahwa dia melakukannya karena dia juga menginginkan kasih sayang dan perhatian ayah dan ibunya seperti yang pernah dilakukan kepada adiknya.

Dibalik cerita singkat ini, ada makna yang dapat saya petik atas peran sahabat saya sebagai orangtua dalam memperlakukan dan mendidik anak-anaknya. Adapun makna dari beberapa cerita tersebut :

Sebagai orangtua harus memahami tentang psikologis anak kita masing-masing, misalnya perasaan, emosional, pikiran, minat, bakat, kebutuhan, motivasi dan kemampuannya. Dengan memahami psikologis ini, maka kita akan mampu memberikan asuhan dan didikan yang baik bagi anak kita.

Sebagai orangtua harus mempunyai sifat keikhlasan, kesabaran dan sifat pantang menyerah dalam memberikan asuhan dan didikan pada anak. Sebab sifat dan perilaku anak gampang berubah dalam situasi tertentu.

Sebagai orangtua juga harus bisa menjadi teman dari anak dalam menyelesaikan masalahnya dan bukan sebagai orangtua yang menyalahkan dan menghakimi anaknya. Perilaku dan sifat anak dapat dimodifikasi dengan membutuhkan keikhlasan, kesabaran serta sikap yang pantang menyerah.

Sebagai orangtua jangan memaksakan pada anak untuk mengatakan tentang masalahnya kepada kita disaat anak sedang baru mengalaminya. Dan usahakan agar anak dengan sendirinya mau mengatakan tentang masalahnya dengan sejujurnya. Walaupun membutuhkan waktu yang relative lama.

Sebagai orang tua dalam memberikan kasih sayang, perhatian dan penghargaan harus seimbang dan adil diterima oleh anak. Karena kasih sayang, perhatian dan penghargaan tersebut merupakan pondasi anak dalam melanjutkan proses tumbuh kembangnya.

Anak yang telah mempunyai sifat dan perilaku yang baik jangan dibiarkan dengan sendirinya, senantiasa berikan motivasi, perhatian dan penghargaan agar anak dapat mempertahankan sifat dan perilakunya dengan baik.

“ Terimakasih sahabat atas pembelajaran yang engkau berikan, semoga semua orangtua senantiasa ikhlas, sabar dan pantang menyerah dalam memberikan asuhan dan didikan bagi anak-anaknya.”